Mas Habibie, Personal Trainerku - Ch. 4 | Sekotak Rasa
Cerita sebelumnya: Hari pertama Alvan
di tempat gym dimulai dengan beban yang sangat berat sehingga dia tidak bisa
untuk menggerakkan tangan dan tubuh bagian atasnya. Dia dilatih langsung oleh
Habibie yang penasaran dengan orientasi seksualnya, sehingga dia memberikan
siksaan yang berat kepada Alvan untuk menguji dirinya. Habibie juga memancing
dia dengan memberikan berbagai sentuhan, yang dianggap biasa saja oleh Alvan.
Ruangan
kamar mandi tempat gym ini cukuplah luas, dilengkapi dengan sekitar delapan
bilik mandi yang juga sudah ada shower serta sampo yang dapat digunakan oleh
member gym tersebut. Tiap bilik disekat dengan sekat kayu yang dilapisi cat
berwarna coklat, dimana terdapat lampu sorot di tiap biliknya. Hanya saja,
bilik tersebut memang tidak memiliki kunci, sehingga satu-satunya tanda untuk
menandakan bahwa bilik itu sedang digunakan hanya dengan gantungan handuk yang
berada di depannya. Disudut ruangan juga terdapat sebuah keranjang dari kayu
dimana para member dapat menaruh handuk yang digunakan oleh mereka setelah
mereka pakai di bilik tersebut.
Design
dari semua sudut ruangan ini sepenuhnya berasal dari otak Habibie yang
cemerlang untuk menarik hati membernya. Dengan alih-alih kenyaman dan
fasilitas, dia dapat mematok harga yang sama dengan tempat gym yang berlogo
merah ataupun kuning yang banyak bertebaran di kota ini. Terlebih, tempat
gymnya juga sudah hampir seperti exclusive gym walaupun tidak sebesar dengan
tempat gym lainnya tersebut.
Di
dalam ruangan ini pula, dua orang pria sedang beradu tatap melihat satu sama
lain. Dengan nafas yang cukup memburu dan perasaan yang campur aduk, Habibie,
pemilik tempat gym ini, menghampiri Alvan yang sedang bersusah payah untuk
membuka bajunya. Bukannya dia tidak mengerti bagaimana caranya membuka baju,
hanya saja latihannya barusan sudah cukup untuk membuat ototnya saling melilit
satu sama lain. Hal ini pulalah yang membuat Habibie merasa cukup iba dan juga
dengan rencana licik yang ada di kepalanya, diapun mencoba untuk membantu menyelesaikan
masalah dari salah satu membernya tersebut.
“Ssst, jangan berisik entar kedengaran orang”
ucap Habibie sembari tangannya menutup bibir Alvan dengan telapak tangannya.
Alvan
yang tidak mengerti dengan tingkah laku Habibie, dibuat ketakutan olehnya
karena tindak tanduknya yang mencurigakan tersebut. Bagaimana tidak, Habibie
yang setengah telanjang, dengan tubuh yang mengkilat karena keringat tersebut
merangsek masuk ke dalam bilik mandinya. Dia merasa sangat risih dengan
kehadiran Habibie yang tidak diundang tersebut di momen privasinya seperti ini.
Tetapi dia tidak bisa melakukan apapun untuk mencegah Habibie melakukan
tindakannya tersebut, dia hanya membiarkan lelaki tersebut melakukan apapun
yang diinginkannya.
Habibie
merupakan seorang pria keturunan Arab Jerman dengan perpaduan Jawa di darahnya.
Tubuhnya memang besar untuk ukuran seorang pria, sebab memang sudah seharusnya
dia seperti itu karena dia adalah seorang personal trainer dan juga pemilik
sebuah club gym yang cukup ternama di ibukota. Dia memiliki kulit yang putih
bening, dengan berbagai bulu halus yang tumbuh dari dada dan turun hingga ke
pusat dan tenggelam di balik celana dalamnya. Tubuhnya juga cukup tinggi dan
hampir sama dengan tinggi Alvan, namun dengan ukuran tubuhnya itu, dia mampu
untuk membanting Alvan, jika dia mau, dengan sekali hempasan. Matanya berwarna
cokelat terang, ditambah dia memiliki cara pandang yang tajam dan meneduhkan di
saat yang bersamaan, sehingga siapapun yang melihatnya pasti akan terpana
dengan matanya tersebut.
Di
depan dirinya, ada seorang lelaki biasa yang merupakan member baru di tempat
gym yang dimilikinya. Dimana dia menaruh sebuah kecurigaan yang sangat luar
biasa tinggi kepada lelaki tersebut. Wajar jika dia berlaku demikian, Alvan
membernya itu, terlihat sangat antusias ketika berada di dekatnya. Terlebih
ketika dia berada sangat dekat dengan lelaki itu, dia merasa ada sebuah hawa
yang seperti diketahui olehnya. Sebuah hawa ketika seorang pria menaruh
perasaan ataupun ketertarikan kepada pria lainnya, atau seperti itulah yang
dikira olehnya.
Sebagai
pemilik sebuah club gym, dia sudah seperti anggap biasa hal seperti ini. Karena
berdasarkan pengalamannya, bukan kali ini saja seorang penyuka sejenis
memberikan sinyal yang sama kepadanya. Berulang kali dan hampir setiap tahun,
pasti ada saja skandal yang akan terjadi antara dirinya dan juga membernya
penyuka sesama. Namun dia selalu memiliki jalan untuk menjauhkan dirinya dengan
manusia yang seperti itu, dengan memberikan mereka siksaan serta harapan palsu.
Siksaannya
bisa berbagai macam, bisa saja dengan tidak membalas satupun pesan senonoh yang
mungkin dikirimkan oleh mereka ataupun memberikan mereka latihan yang sangat
berat hingga akhirnya mereka menyerah di tengah jalan. Siksaan tersebut berlaku
juga untuk Alvan, salah satu calon korbannya yang dia yakini sebagai salah satu
pria penyuka sesama. Dan siksaan seperti ini hanya tahap awal untuknya, dia
merencanakan berbagai siksaan lainnya untuk lelaki itu di waktu yang akan
datang.
Dan
untuk saat ini, dia sedang berusaha membuktikan keyakinannya mengenai orientasi
seksual Alvan, yang dia duga menyimpang tersebut. Dengan siksaannya pagi ini,
Alvan yang baru pertama kali melatih angkat beban seperti ini, pastinya akan
mengalami keram yang luar biasa pada beberapa bagian tubuh yang dilatihnya itu.
Hal ini karena beban yang diangkat oleh Alvan tersebut membuat ototnya menjadi
terkejut, sehingga beberapa bagian tubuhnya pasti akan merasa kesakitan sebagai
efek samping dari latihan tersebut.
“Kamu
kayak ga pernah mandi bareng sama cowo lain aja” ucap Habibie ketika dia sudah
berada di dalam bilik tersebut. Tubuhnya yang mengkilat karena keringat sehabis
latihan tadi terlihat jelas oleh Alvan ketika tubuh itu disinari oleh lampu
sorot yang ada di bilik tersebut. Diapun lantas mendekati lelaki tersebut dan
langsung memegangi baju lelaki tersebut, dengan senyum yang menggoda, dia
lantas membuka baju lelaki tersebut tersebut.
Dia
dapat melihat muka Alvan berubah menjadi pucat pasi karena hal tersebut, namun
lelaki itu entah mengapa tidak memberikan perlawanan ataupun mengucapkan
kata-kata kasar kepadanya. Sebuah tindakan yang pria straight akan lakukan
kepadanya di situasi mereka yang sekarang ini. Menyadari tidak adanya
perlawanan dari Alvan, Habibie semakin semangat untuk mengerjai lelaki tersebut
sampai dia benar-benar yakin bahwa Alvan memang pria penyuka sesama. Dia hanya
memerlukan satu bukti yang sangat kuat, kelamin lelaki itu berdiri. Hanya itu
bukti yang diperlukan olehnya sekarang ini, yang harus dilihat langsung oleh matanya.
Alvan
yang hanya terdiam, melihat mata Habibie dengan tatapan yang kosong. Habibie
kemudian mendekatinya dan kemudian menarik tubuh lelaki itu ke tubuhnya. Diapun
langsung memeluk lelaki tersebut dengan pelan, sembari berusaha menahan rasa
geli yang dirasakan olehnya sekarang. Dia meraba punggung lelaki tersebut
dengan lembut,”Kamu hebat tadi, bisa angkat beban seberat itu. Stamina kamu
pasti kuat banget ya, hmm” ucapnya dengan halus ke telinga lelaki tersebut
sambil menghembuskan nafasnya dengan pelan ke telinga lelaki tersebut.Alvan
tidak menggubris ucapan lelaki tersebut, dia hanya terdiam kaku seperti patung
manequin yang ada di pasar.
Tidak
puas dengan Alvan yang tidak memberikan reaksi apapun di bawah sana, Habibie
kemudian berusaha semakin brutal lagi. Dia kemudian mencium lembut kuping
lelaki tersebut, dimana ciuman tersebut berubah menjadi hisapan kecil, yang
seharusnya membuat lelaki manapun bergairah pada saat ini. Namun hal itu juga
tidak memberikan pengaruh apapun pada sesuatu yang berada di bawah sana,
sesuatu yang berada persis diantara kedua paha Alvan yang sekarang dihempit
oleh paha besar Habibie.
Merasa
tidak mendapat jawaban ataupun reaksi yang diinginkan, Habibie akhirnya
memutuskan untuk melakukan langkah terakhir, langkah yang paling memalukan yang
dilakukan olehnya. Dia melepaskan pelukannya dari tubuh Alvan tersebut,
kemudian dia lantas melepaskan satu-satunya kain yang berada di tubuhnya,
celana dalam branded yang dikenakannya. Dia memastikan bahwa Alvan melihat
langsung ke arah juniornya yang masih lemas tersebut dan menyaksikan reaksi
yang diberikan oleh Alvan. Namun, lagi-lagi Alvan hanya memberikan ekspresi
datar dan kosong atas apa yang dilakukan oleh Habibie itu.
Di
dalam pikiran Habibie, dia sudah sangat malu dan sangat rendah karena melakukan
hal tersebut kepada seseorang yang mungkin saja bukanlah penyuka lelaki. Hal tersebut
kemudian melintasi kepalanya yang sudah mulai beralih posisi, yang semula
mengira bahwa Alvan adalah penyuka lelaki menjadi menunjukkan dirinya adalah
seorang maniak penyuka lelaki yang berusaha untuk mengubah lelaki straight untuk menyukainya. Tapi, dia
sudah kepalang basah dengan aktingnya sekarang ini.
Dia
tidak mungkin tiba-tiba mengakui bahwa dirinya sedang memberikan tes untuk
membuktikan Alvan adalah seorang penyuka lelaki atau tidak. Hal itu justru akan
membuat dirinya memiliki image yang
buruk di mata lelaki itu, apalagi jika dia mungkin akan menceritakan hal
tersebut kepada temannya. Hal itu akan menjadi sebuah boomerang kepadanya,
dimana hal itu akan menjadi validasi bahwa dia selalu menguji orientasi seksual
setiap member pria di tempatnya. Pastinya hal tersebut akan menjadi pembahasan
di dunia pelangi dan juga straight para membernya, dimana fakta ataupun gosip
tidak akan terlihat perbedaannya lagi. Dan dia akan selalu menjadi pria yang
salah, karena semua korbannya ataupun ex-member
gym nya akan muncul dan memberikan cerita versi mereka sendiri.
“Kamu
kenapa? Kok tegang banget sih sayang? Ayok kita mandi” ucap Habibie berusaha
menutupi rasa malu yang dimilikinya saat ini, sebab Alvan masih tetap tidak
memberikan reaksi apapun kepadanya.
Dengan
tubuhnya yang sepenuhnya bugil, dia lantas maju dan menghampiri Alvan yang diam
mematung di depannya. Dia kemudian membalikkan tubuh lelaki tersebut dan
membuka celananya sampai akhirnya celana itu benar-benar terlepas dari tubuh
Alvan. Dia tetap membuat Alvan membelakanginya untuk menghindari tatapan lelaki
itu kepadanya. Diapun lantas menyalakan shower tersebut dan mulai untuk
memandikan Alvan dengan perlahan. Tak lupa pula, dia juga menyabuni dirinya,
selayaknya mandi bersama sungguhan.
Area
bagian bawah tidak dibersihkan oleh Habibie, karena memang dia jijik juga untuk
melakukan hal tersebut. Sebab mau tak mau, dia harus jongkok di hadapan Alvan
dan ketika membersihkan bagian depan, pastinya junior Alvan akan langsung
menghadap wajahnya tersebut. Ketika hendak membasuh tubuh mereka berdua, secara
tidak sengaja Habibie mendekatkan tubuhnya dan tubuh Alvan terlalu dekat.
Sehingga kedua junior mereka saling bersentuhan dan juga bergesekan di tubuh
mereka yang licin karena sabun tersebut.
Diapun
lantas melihat wajah Alvan yang masih saja datar, dia menatap lelaki tersebut
dalam dan tenggelam di dalam tatapan tersebut. Di dalam mata itu, ada sebuah
panggilan untuk Habibie untuk melihat lebih dekat dan lebih dalam ke mata
tersebut. Di bawah pancuran air hangat yang membasuhi tubuh mereka, Habibie
lantas semakin mempererat jarak tubuh mereka berdua. Dimana wajahnya semakin
mendekat dan membuat bibir mereka berdua bertemu dan saling bersentuhan.
Bibir
Alvan sangatlah ranum dan berwarna merah muda terang. Ketika bibir Habibie
mendarat di bibir lelaki tersebut, ada sedikit rasa cherry yang dirasakan oleh
bibirnya. Hal ini justru membuat Habibie menjadi semaki penasaran dan
memperdalam ciumannya, dimana sebelumnya dia hanya menaruh bibirnya saja di
bibir Alvan. Diapun membuka mulutnya dan melumat bibir Alvan bagi bawah, dengan
sedikit paksaan akhirnya dia melumat bibir bagian bawah itu sepenuhnya, sembari
berusaha untuk memasukkan lidahnya ke dalam mulut Alvan. Dengan tidak sadar,
dia benar-benar memberikan Alvan french kiss ketika lidahnya masuk sepenuhnya
ke mulut Alvan. Ada sebuah hawa panas yang mengalir dari bibirnya ke seluruh
wajahnya dan juga tubuhnya, ketika lidahnya benar-benar bersentuhan dengan
lidah Alvan. Dan tanpa dia sadari juga, juniornya terbangun dari tidurnya dan
bersentuhan langsung dengan pinggang Alvan.
Ketika
hal tersebut terjadi, Alvan langsung mundur menjauh dari cengkraman pelukan
Habibie. Dimana tindakan tiba-tiba dari Alvan itu kemudian membuat Habibie
terkejut dan melepas pelukan mereka. Menyadari bahwa dia sudah sejauh ini,
dimana juniornya sudah berdiri tegak, diapun langsung buru-buru mengambil
handuk yang digantungnya dan bergegas pergi meninggalkan Alvan yang berada di
bilik mandi sendirian. Wajahnya memerah, tubuhnya memanas dan juniornya menjadi
benar-benar tegak berdiri. Dia menjadi bingung dengan dirinya sendiri, begitu
pula dengan Alvan yang baru saja dicabuli olehnya.
Diapun
menuju bilik lainnya dan langsung mandi air dingin untuk menghilangkan
ketegangan di area juniornya itu. Setelah dia sudah benar-benar turun, Habibie
kemudian mengeringkan badannya dan hendak untuk memakai pakaian kerjanya
kembali di ruang loker. Di ruangan tersebut, dia kemudian Alvan yang sedang
memakai pakaian kantornya, dimana dia sudah memakai celana dan sepatu kerjanya.
Dia hanya tinggal memakai kemeja serta dasinya ketika Habibie melihatnya di
ruangan itu.
Menyadari
kehadiran Habibie, Alvan kemudian bergegas memakai seluruh pakaiannya yang
tersisa dan mengeringkan rambutnya dengan hair dryer. Dia tidak menggubris
kehadiran Habibie di sekitarnya dan menganggap lelaki tersebut tidak ada di
sekitarnya. Dia hanya fokus kepada kegiatannya sendiri, merapikan
barang-barangnya dan juga merapikan dirinya sebelum dia langsung pergi keluar
tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada Habibie yang sedang memakai pakaian
kerjanya.
Habibie
hanya bisa melihatnya berjalan keluar tanpa mengucapkan sepatah katapun
kepadanya. Dia seperti menyesali perbuatannya barusan dan menyadari bahwa yang
dilakukannya itu terlalu jauh. Dia hanya bisa menunduk sambil berjalan keluar
dari ruangan loker ini, dimana dia masih mengalungkan handuk putih di lehernya
dan mengeringkan rambutnya yang masih sedikit basah. Dia sesekali menghela
nafasnya dan menuju ke meja resepsionis, dimana sudah ada Mira disana, pegawai
perempuannya.
“Pagi
mas, tumben udah mandi, abis latihan ya?” ucap Mira kepadanya.
“Pagi
Mir, iya nih, lagi tumben aja” balas Habibie dengan singkat.
“Oh,
habis ngelatih member baru yang barusan cabut itu ya?” tanya Mira kemudian.
“Member
yang mana?” tanya Habibie kemudian dengan wajah yang pura-pura bingung berusaha
menutupi sesuatu yang ada di kepalanya.
“Itu,
member yang pake loker 102, barusan dia cabut pas dia ngeliat mas keluar dari
kamar mandi. Dia juga ninggalin sekotak makanan nih buat mas, ada tulisan ‘buat
mas bibie’ di atas tutupnya. Dia juga kelupaan bawa botol minumnya, pas dia
ngeliat mas, dia langsung ngeluyur aja. Mas abis kasih dia punishment ya?” ucap Mira sambil menunjukkan kotak makanan dan juga
botol minuman yang ada di meja mereka.
Habibie
hanya tersenyum kecil,”Oh enggak, hari ini dia baru perdana, mungkin dia shock
pertama kali aku ajarin kali. Btw, siniin makanannya, gua mau foto ucapin
terima kasih” ucap Habibie sambil berusaha pura-pura santai meminta kotak
makanan yang ditinggalkan Alvan tersebut kepadanya. Di hatinya, ada sebuah
perasaan bersalah yang sangat bergejolak yang membuat pikirannya langsung
bimbang dengan perbuatan yang akan dilakukannya.
Dia
kemudian memfoto kotak tersebut serta makanan yang ada di dalamnya, dia lantas
mengirimkan pesan singkat melalui whatsapp ke Alvan,”Thanks buat makanannya,
really appreciate it. Ini kamu sendiri yang buat?” tulis Habibie.
Pesan
tersebut tidak langsung dibalas oleh Alvan, sehingga Habibie kemudian mengirim
pesan kepada seseorang lainnya,”Bro, Alvan itu maho ga sih? Gua penasaran”
tulisnya di kolom pesan dan mengirimkan pesan tersebut kepada seseorang.
Pesan
itu lantas dibalas oleh orang tersebut,”HAHAHA. Ya, enggaklah. Dia udah punya
cewek, setahun atau dua tahun lagi juga married itu orang berdua. Kenapa bro?
Lu curiga sama dia?” tulis orang tersebut.
Habibie
langsung menepuk jidatnya, ada sebuah perasaan bersalah yang sangat mendalam
yang ada di kepalanya saat ini. Dia kemudian hanya bisa menggeleng-gelengkan
kepala menyadari kenyataan yang terjadi saat ini. Diapun membuka kotak makanan
yang diberikan oleh Alvan dan langsung melahapnya, tanpa pikir panjang. Rasa
masakan itu sungguh enak dan nikmat, sesuai dengan seleranya. Ketika dia sedang
menyantap makanannya, ponselnya berbunyi menandakan sebuah pesan whatsapp baru
saja masuk,”Iya, simpan aja tempatnya, kenang-kenangan dari gue” tulis Alvan.
Ketika
Habibie hendak membalas pesan tersebut, tiba-tiba dia kontak Alvan berubah
menjadi abu-abu dan Habibie tidak bisa mengirimkan satu pesanpun kepada lelaki
itu. Pada saat itu, perasaannya sungguh campur aduk namun yang paling dominan
adalah rasa bersalah serta malu yang tidak berkesudahan.
Komentar
Posting Komentar